“Sudah gaharu, cendana pula”. Ungkapan tersebut sering kita dengar.
Padahal sesungguhnya antara gaharu dan cendana memiliki perbedaan yang
menyolok. Semua kayu cendana sudah wangi sejak awal. Sementara kayu
gaharu tak akan timbul aroma semerbak mewangi bila tidak disakiti
(bagian yang terbentuk gubal/mengandung resin wangi). Menyakiti pohon
gaharu bisa secara alami oleh angin (patah), semut, kumbang dan rayap
atau disakiti oleh petani secara tradisonal, yaitu dengan dibacok,
dipaku, dipasak atau dengan cara inokulasi (disuntik) menggunakan
fusarium cair atau padat.
Gaharu dalam bahasa Melayu artinya
harum, atau dalam bahasa sansekerta
agaru bermakna kayu tenggelam dalam air (berat). Hal ini didasarkan karena gubal gaharu yang super (
kelas A)
memiliki berat jenis yang lebih tinggi daripada air sehingga tenggelam.
Gubal ini yang dicari orang hingga harganya pun mencapai ratusan juta
per kilo gramnya.
Gubal gaharu termasuk komoditi perdagangan hasil hutan bukan kayu
(HHBK), berupa gubal yang mengandung deposit resin terakumulasi pada
jaringan kayu. Dalam perdagangan, gaharu sering disebut
agarwood, aloes wood, eaglewood, karas, kareh. dan
alim. Selain
diambil minyaknya, gaharu sering dimanfaatkan sebagai bahan pengikat
bagi minyak wangi yang lain, bahan obat, bahan kosmetik, upacara
keagamaan, dan suvernir.
Kebutuhan gaharu yang terbanyak adalah kelas Super (A) atau Doble
Super (AA). Negara pengguna gaharu antara lain Negara Timur Tengah (Arab
Saudi). Konon menurut kisah legenda yang ada saat Nabi Adam hijrah dari
Jannah ( Surga ) ke Dunia ( Bumi ), nabi Adam menangis hingga
meneteskan air mata. Pada tetesan air mata itulah, tumbuh Pohon Gaharu.
Sampai sekarang, aroma wangi minyaknya digunakan untuk aroma Ka’bah.
Sudah menjadi kebiasaan para Syech di Timur Tengah membakar gaharu
terbaiknya bila kedatangan tamu istimewa. Begitu pula saat beribadah
dengan pasangannya, aroma harum mewangi gaharu tak tertinggalkan. Konon,
aroma hagaru mampu membangkitkan gairah libido.
Indonesia merupakan salah satu tempat penyebaran berbagai jenis gaharu, mulai gaharu rawa (
chandan) hingga gaharu darat (
kasang). Ada sekitar 27 jenis tanaman gaharu yang bisa menghasilkan gubal, dari suku Thymeliaceae, marga:
Aetoloxylon, Aquallaria, Enkleia, Gonystylus, Gyrirnop, dan
Wiktroemia.Semua marga mempunyai potensi untuk menghasilkan gubal, tetapi jenis
Aquallaria dan
Gyrirnop merupakan jenis yang telah banyak dibudidayakan dan menghasilkan gubal yang baik. Spesies gaharu yang paling baik adalah
Aquallaria malaccensis.
Selain bibit mudah diperoleh, perawatan tanaman ini juga tidak rumit,
hasilnya banyak, dan dapat ditanam dengan sistem terpadu/tumpang sari
dengan berbagai jenis tanaman, seperti karet, kelapa sawit, buah-buahan,
nilam, palawija. Spesies ini juga bisa ditanam di halaman rumah,
bantaran sungai, atau pematang sawah.
Untuk menghasilkan gubal yang harum secara alami, tanaman gaharu
membutuhkan waktu sampai dengan 25 tahun. Pembentukan gubal bisa
dipercepat dengan budi daya gaharu yang intensif, hanya membutuhkan
waktu satu windu (8 tahun). Oleh karenanya, sering disebut
Kayu Windu Kencana.
Pembesaran tanaman gaharu dilakukan selama 5 tahun, kemudian tanaman
diinokulasi selama 3 tahun, dan sudah menghasilkan gubal yang siap
diekspor.
Mengenal Gaharu Lebih Dalam
Gubal gaharu dapat dihasilkan dari tanaman suku Thymeliaceaae yang
banyak tersebar di seluruh Nusantara dari Sabang hingga Meuroke.
Kualitas dan aroma gaharu pun bervariatif, sesuai jenis pohon
penghasilnya dan lokasi tumbuhnya. Perbedaan inilah yang membedakan
sifat, ciri khas, aroma wangi, kualitas, dan harga jual gaharu.
- I. Taksonomi dan genus tanaman gaharu
|
|
|
Taksonomi
|
|
|
|
|
|
Kingdom (kerajaan) |
Plantae (tumbuhan) |
|
|
|
|
Devisio (divisi) |
Spermatophyta (tumbuhan biji) |
|
|
|
|
Sub Devisio (anak divisi) |
Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) |
|
|
|
|
Class (kelas) |
Dicotyledoneae (berbiji belah dua) |
|
|
|
|
Subclass (anak kelas) |
Dialypetalae (bebas daun mahkota) |
|
|
|
|
Ordo (bangsa) |
Myrtales (daun tunggal duduknya bersilang) |
|
|
|
|
Family (suku) |
Thymeleaceae (gelam berserabut jala) |
|
|
|
|
Genus (keluarga) |
8 keluarga |
|
|
|
|
Genus Gaharu |
|
|
|
|
|
|
|
1 |
Aquilaria |
9 |
Jenis |
|
|
|
|
2 |
Wikstroemia |
3 |
Jenis |
|
|
|
|
3 |
Gonyitylus |
2 |
Jenis |
|
|
|
|
4 |
Gyrinops |
2 |
Jenis |
|
|
|
|
5 |
Dalbergia |
1 |
Jenis |
|
|
|
|
6 |
Ebkleia |
1 |
Jenis |
|
|
|
|
7 |
Excoccaria |
1 |
Jenis |
|
|
|
|
8 |
Aetoxylon |
1 |
Jenis |
|
|
II. Ciri khas jenis pohon gaharu
No |
JENIS |
CIRI – CIRI KHAS |
PENYEBARAN |
NAMA LOKAL |
1 |
Aquilaria malacecensis Lamk |
* Tinggi tanaman sd 60 m, d=120 cm; daun
lonjong, ujung runcing, P = 68 cm, L=3-4 cm; batang licin, putih, kayu
agak keras; biji bulat telor, warna hijau tua agak kuning 2.5-4 cm;
tumbuh pada 0-700 m dpl |
Sumut, Bangka, Jambi,Sumbar,Riau Sumsel, Belitung, Kalimantan, Aceh, Bengkulu, Lampung |
Akhir, Gaharu, Garu, Halim, Alim, Karas, Kareh, Mengkareh, Baru, Gambil, Sigi-sigi |
2 |
Aquilaria microcarpa Baill |
* Tinggi tanaman sd 40 m, D=80 cm; batang licin, putih, kayu lunak; daun agak lebar; tumbuh 200 m dpl. |
Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Bangka, Belitung |
Karas, Kareh, Engkareh, Garu, Tulang, Gaharu |
3 |
Aquilaria microcarpa Baill |
* Tinggi tanaman sd 17 m, D=50 cm; batang licin, putih, kayu agak keras; daun lebih lebar, tumbuh dirawa-rawa 130 m dpl. |
Paling banyak di Maluku dan Papua |
Age (Papua), Las (Seram, Maluku) |
4 |
Aquilaria beccarianan van Tiegh |
* Tinggi tanaman mencapai 30 m, D=40 cm; batang licin, putih, kayu agak keras; daun lebih lebar, tumbuh 0-850 m dpl. |
Paling banyak di Kalimantan dan Sumatera Selatan |
Mengkars putih, Gaharu, Gumbil Nyambak |
5 |
Wikstroemia polyntha Meer |
Pohon dalam bentuk semak kecil, T=7 m,
D=7.5 cm; helai daun tipis, bentuk daun elips, P=4-12 cm,L=2-6 cm;
warna buah merah; tumbuh 0-2.200 m dpl |
Di Seluruh Indonesia |
Di Kalimantan Barat disebut Layak |
6 |
Wikstroemia Tenuramis Mig. |
Pohon kecil, T=10 m, D=9 cm; dahan licin
cokelat kemerahan; helai daun tipis, bentuk daun elips, P=4-14 cm,
L=2-6 cm; warna buah hijau atau kuning oranye; tumbuh 0-1.600 m dpl di
hutan rawa dataran rendah dan tinggi |
Jambi, Bangka, Sumatera Selatan, dan Kalimantan |
Di Sumatera disebut Kayu Linggu, di Jambi disebut Gaharu Chandan, di Bangka disebut Menameng atau Tetanek. |
- III. Fungsi gaharu
|
1 |
Anti Asmatik |
|
|
2 |
Antimikroba |
|
|
3 |
Stimulan Kerja syaraf |
|
|
4 |
Obat sakit perut |
|
|
5 |
Meningkatkan libido lelaki |
|
|
6 |
Penghilang rasa sakit |
|
|
7 |
Obat kanker |
|
|
8 |
Obat ginjal |
|
|
9 |
Penghilang stress |
|
|
10 |
Obat lever |
|
|
11 |
Obat diare |
|
|
12 |
Obat malaria |
|
|
13 |
Hepatitis |
|
|
14 |
Sirosis |
|
|
15 |
Antibiotik untuk TBC / Paru-Paru |
|
|
16 |
Reumatik |
|
|
17 |
Radang lambung |
|
- IV. Kandungan gaharu
|
|
1 |
(- Agarofuran |
|
|
2 |
Nor – ketoagarofuran |
|
|
3 |
(-)- 10- Epi-y- eudesmos |
|
|
4 |
Agarospirol |
|
|
5 |
Jinkohol |
|
|
6 |
Jinkohol-ermol |
|
7 |
Kusunol |
|
8 |
Dihydrokaranone |
|
|
9 |
Jinkohol II |
|
|
10 |
Oxo-agarospol (Naknishi,1981 & Ishihara 1991) |
|
|
11 |
Noroxo –agarofuran |
|
|
12 |
3,4 – dihydroxy |
|
|
13 |
Dihydroagarufuran |
|
|
14 |
P-methoxy-benzylacetone |
|
|
15 |
Aquillochin |
V. Lingkungan tumbuh gaharu
Bibit Gaharu
Pohon penghasil gubal wangi ini tumbuh di seluruh Indonesia dari
hutan – hutan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku,
hingga Nusa Tenggara. Lokasi tumbuhnya mulai dari laut hingga pegunungan
antara 0-2.400 di atas permukaan laut (DPL). Kelembapan yang diinginkan
antara 70-90%, suhu udara 28-34
o C dengan tipe
Iklim A dan B, curah hujan antara 1.000-2.000 mm/tahun. Tempat tumbuh
memiliki struktur dan tekstur tanah lempung berpasir, lempung, berbatu,
podsoil
merah kuning, tekstur remah, dengan kesuburan baik sampai kurang. Pohon
tak dapat tumbuh pada lahan yang tergenang secara permanaen kecuali
jenis
Wikstroemia tenuramis Mig (chandan Jambi) yang memang tumbuh di rawa-rawa/payau di daerah Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur dan Muaro Jambi.
Pertumbuhan vegetatif hingga umur 3 (tiga) tahun, selanjutnya mulai
fase berbunga. Pada fase awal, pohon penghasil gubal wangi ini tak tahan
terhadap sinar matahari langsung. Oleh karenanya, untuk budidaya
terpadunya sebaiknya di sebelah barat dan timur ditanami pohon pisang
seperti pisang emas, pisang raja, pisang ambon. Selain itu, juga bisa
ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya, seperti nilam (7 bulan panen)
atau sawi sehingga petani ada penghasilan lain dalam jangka pendek; di
samping gaharu untuk penghasilan jangka panjang.
Setelah pohon usia pohon 3 tahun, sebaiknya cabang dipotong
tinggalkan 3- 4 cabang. Pucuknya juga dipangkas setinggi 4 meter.
Tujuannya agar perkembangan batang cepat dan di tempat potongan akan
timbul gubal secara alami.
Fase berbunga dan berbuah
(generatife) umumnya setelah
berumur tiga tahun. Dalam satu tahun, tanaman akan berbunga dan berbuah
satu kali, bahkan ada yang berbuah setiap dua tahun sekali, umumnya pada
bulan Agustus-Januari. Hasil buah yang baik umumnya pada tanaman yang
terkena sinar matahari langsung. Oleh karenanya, pelindung tanaman yang
melibihi tinggi pohon gaharu kurang dianjurkan.
Kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi hara dan
perawatan yang intensif, utamanya pemberian pupuk. Selain itu, juga
bisa dibuat lubang NKA (Nutrisi Komponen Alami)/ Lubang Biopori untuk
mempercepat kembang tumbuhnya tanaman dan sebagai resapan air. Sebab,
pada awal masa pertumbuhan, pohon gaharu sangat butuh air yang cukup.
Sumber :
http://www.agrikaindoraya.com